Apa yang Allah sudah berikan kepada kita tidak bisa dinilai secara manusia (baik-buruk, kaya-miskin, sakit-sehat). Bukankah ini yang sering kita lakukan yaitu: membanding-bandingkan. Baik menurut versi manusia berbeda dengan baik menurut versi Allah. Kaya menurut versi manusia adalah baik, tapi belum tentu baik menurut Allah. Sehingga kitapun dituntut percaya bahwa apapun yang Allah sudah kerjakan dalam kehidupan kita adalah yang terbaik dan untuk kebaikan kita (sekali lagi kebaikan versi Allah).
Rencana Allah tidak bisa diinterpretasikan secara sempit seperti si A bekerja di perusahaan tertentu, di kota tertentu, dan dengan gaji tertentu. Rencana Allah jauh lebih besar lagi. Apapun yang kita lakukan ada Allah yang mengontrol. Dalam hidup ini seseorang bisa menjadi seorang guru, insinyur, ekonom, dokter atau apapun itu namun Allah tetap mengontrol kehidupannya. Saya percaya bahwa dengan saya ke Belanda adalah salah satu jalan yang Allah ijinkan terjadi dalam rencanaNya. Apakah kelak saya akan kembali ke dan menetap di Indonesia, saya tidak tahu. Akan tetapi saya percaya bahwa posisi, pekerjaan, dan karir yang kita punya menunjukkan bentuk intervensi Allah dalam kerangka rencanaNya yang agung. Saya pun percaya bahwa intervensi Allah terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Bentuk intervensi Allah bisa terjadi pada hal yang masuk akal secara manusia bahkan sampai hal-hal yang diluar akal manusia (mukjizat).
Intervensi Allah dalam hidup manusia bertujuan agar kita terus berjalan dijalanNya. Walaupun Allah sudah mendesain dan memiliki rencana atas kehidupan kita jauh sebelum kita lahir, namun sering kali kita masih merasakan peranan Allah secara langsung dalam kehidupan ini lewat hal-hal yang tidak terduga.
Pada tahun 2001 saya bertemu dengan Veve yang sekarang menjadi istri saya. Pertemuan kami bukanlah kebetulan, karena kita sama-sama saling mempergumulkan apakah kami bisa menjadi pasangan hidup. Kami bertemu di sebuah camp/retret sebagai panitia dan peserta. Saya waktu itu bertugas sebagai panitia divisi perlengkapan, dan Veve adalah peserta camp. Pertemuan kami berlanjut sampai di pelayanan kampus UK Petra. Saat itu saya menjadi coordinator divisi, dan Veve menjadi anggota di divisi yang sama. Saya pernah menyukai seseorang yang lain sebelum Veve. Namun saya bersyukur karena saya belum sempat berpacaran dengan seseorang yang lain tersebut. Singkat cerita hubungan kami tidak bisa dilanjutkan karena yang pihak wanita masih teringat dengan mantannya yang dulu. Tidak ada rasa kecewa ataupun kebingungan dalam diri saya ketika pihak wanita memberitahu hal ini. Satu hal yang saya pikirkan adalah mulai saat itu saya hanya inging menutup diri saya terhadap wanita dan berkonsentrasi kepada kuliah 100%. Saya memang bukan orang yang mudah bergaul dan humoris sehingga wanita dengan mudahnya bisa dekat dengan saya. Figur saya adalah figure yang serius dan kurang humoris. Bahkan ketika saya bertemu Veve pun saya masih menutup pintu hati saya. Namun Tuhan berkehendak lain. Dia pun membuka pintu hati saya perlahan-lahan terhadap Veve.
Pada tahun 2003 saya memang merencanakan untuk ke Belanda. Akan tetapi saya sadar satu bahwa ketika saya pulang dari Belanda saya tidak bisa lagi menikmati masa-masa kuliah dan bagaimanapun saya akan kehilangan kesempatan untuk menemukan calon pasangan hidup di tempat kuliah. Salah satu alasan saya kenapa saya memilih UK Petra adalah juga untuk menemukan pasangan hidup yang sama-sama memiliki visi Kekristenan. UK Petra memang terkenal sebagai kampus Kristen yang masih menjaga nilai-nilai Kekristenan didalamnya. Ada banyak pelayanan-pelayanan kampus dimana mahasiswa-mahasiswa bisa melayani dan tidak hanya belajar. Pada intinya saya kawatir tidak bisa mendapatkan pasangan hidup yang benar. Benar berarti: dewasa iman dan mengasihi Allah. Apabila saya terjun di dunia kerja, maka orang-orang seperti itu akan sukar ditemui. Saya kemudian berdoa kepada Allah. Saya meminta Allah agar bisa dipertemukan dengan seseorang sebelum saya pergi ke Belanda. Seseorang yang mau menunggu saya studi di luar negeri dan seseorang yang sepelayanan dan mengasihi Allah. Namun saat itu saya masih minder dan kurang percaya diri. Apakah saya bisa membuka hati kembali (kembali mempercayai seseorang untuk dipergumulkan).
Waktu pun berjalan dan saya disibukkan dengan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk ke Belanda. Tanpa sadar saya belum ada “usaha” untuk mendekati lawan jenis. Saya kemudian tersentak sejenak dan sadar bahwa saya tidak boleh terfokus pada studi saja tapi juga pada hal-hal lain. Saya kemudian berusaha untuk menepis pemikiran itu dan mencoba lebih fokus ke studi di Belanda. Saya berkata, “Ah urusan cewek bisa nanti-nanti saja”. Namun intervensi Allah saya rasakan sangat jelas pada waktu itu. Saya mendengar gossip-gosip yang terus terang membuat saya malu tapi juga senang. Gosip itu adalah “Veve kagum sekali sama ko David”. Saya memahami kalimat itu tidak lebih dari sekedar kagum (bukan cinta atau sejenisnya), karena saya tidak pernah melihat gelagat Veve yang menjurus kearah cinta. Saya selalu berharap supaya saya aktif pendekatan ke seorang wanita kemudian membuatnya jatuh cinta kepada saya, namun saya akan melakukan pendekatan bila saya tahu bahwa si wanita ada hati atau suka dengan saya. Alasanya cuma satu: karena saya kurang percaya diri / malu.
Namun dorongan yang sangat kuat muncul dari saya untuk menyelidiki gossip tersebut. Saya menjadi curious dan ingin tahu apa gossip itu benar. Setelah cukup lama menyelidiki saya baru mengetahui kalau Veve memang sudah lama mempergumulkan saya lewat doa, namun Veve tidak pernah menunjukkan hal itu menurut saya. Namun menurut Veve, setelah mendengar dari teman baiknya, dia sudah sering menunjukkan perhatian-perhatiannya ke saya namun saya tidak menanggapi atau tidak "ngeh". Kemudian saya sadar bahkan selama ini saya menutup pintu hati saya terlalu dalam sehingga pikiran saya hanya terkonsentrasi pada studi. Saya berharap saya dapat mengetahui isi hati Veve jauh-jauh sebelum hari itu, namun saya memberanikan diri saya untuk membuka pintu hati saya sekali ini. Kalau memang Veve bukan direncanakan untuk menjadi pasangan hidup saya, mungkin saya tidak akan pernah mendengar gossip itu dan ceritanya tentu akan menjadi lain karena saya seorang pemalu. Namun Tuhan mengetahui situasi saya dan mengintervensi kehidupan saya secara luar biasa.
Saya kemudian mencoba untuk memberikan perhatian yang selama ini Veve nantikan. Alhasil, Veve pun merespon positif. Hal inilah yang membuat kami pada akhirnya berpacaran sebelum saya pergi ke Belanda. Memiliki seorang Veve sebelum saya ke Belanda adalah hadiah dan berkat yang indah dalam hidup saya. Saya mengerti orang seperti apa Veve. Dia adalah orang yang takut akan Allah, dewasa iman, sabar, dan mau menemani dan menunggu saya selama saya studi di luar negeri. Sebelum kami berpacaran, saya sempatkan bicara mengenai rencana saya ke depan. Saya mengatakan bahwa impian saya adalah bisa mempunyai gelar S2 dan untuk itu saya harus studi ke luar negeri. Bahkan saya bertanya apakah Veve masih mau meneruskan hubungan ini ke jenjang berpacaran. Ternyata jawaban dari Veve adalah ya dan hal itu membuat saya lega dan sangat bersyukur.
Saya merasakan berkat Tuhan yang luar biasa dari Veve. Saya bisa merasa tenang meninggalkan Indonesia karena Veve adalah seorang yang setia. Saya mengenal komitmen dan karakternya selama Veve menjadi anggota di sebuah divisi yang saya pimpin. Saya pun juga berkomitmen untuk setia pada Veve. Banyak hubungan pacara kandas di tengah jalan oleh karena hubungan jarak jauh. Saya ke luar negeri selama 3 tahun (1 tahun di Belanda dan 2 tahun di Korea Selatan), saat itu saya hanya pulang setahun dua kali. Sekembali saya dari Korea Selatan saya kemudian bekerja di Jakarta dan Veve di Surabaya. Walaupun jaraknya bukan lagi antar benua namun tetap kami masih merasakan hubungan jarak jauh. Semuanya bisa kami lewati bersama Kristus. Seperti apa yang sudah saya katakan sebelumnya. Ketika Allah memulai suatu pekerjaan yang baik, dia akan meneruskan dan menyempurnakannya.
Kami sudah merasakan dan membuktikan bagaimana suatu hubungan akan kuat apabila Kristus hadir didalamnya. Faktor rasa saling percaya adalah hal yang terpenting. Seberapa besar kita percaya pada pasangan kita. Secara essensi, entah suatu hubungan dilalui dengan jarak jauh atau dekat, apabila Kristus tidak hadir didalamnya maka akan mudah sekali putus. (David)
Rencana Allah tidak bisa diinterpretasikan secara sempit seperti si A bekerja di perusahaan tertentu, di kota tertentu, dan dengan gaji tertentu. Rencana Allah jauh lebih besar lagi. Apapun yang kita lakukan ada Allah yang mengontrol. Dalam hidup ini seseorang bisa menjadi seorang guru, insinyur, ekonom, dokter atau apapun itu namun Allah tetap mengontrol kehidupannya. Saya percaya bahwa dengan saya ke Belanda adalah salah satu jalan yang Allah ijinkan terjadi dalam rencanaNya. Apakah kelak saya akan kembali ke dan menetap di Indonesia, saya tidak tahu. Akan tetapi saya percaya bahwa posisi, pekerjaan, dan karir yang kita punya menunjukkan bentuk intervensi Allah dalam kerangka rencanaNya yang agung. Saya pun percaya bahwa intervensi Allah terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Bentuk intervensi Allah bisa terjadi pada hal yang masuk akal secara manusia bahkan sampai hal-hal yang diluar akal manusia (mukjizat).
Intervensi Allah dalam hidup manusia bertujuan agar kita terus berjalan dijalanNya. Walaupun Allah sudah mendesain dan memiliki rencana atas kehidupan kita jauh sebelum kita lahir, namun sering kali kita masih merasakan peranan Allah secara langsung dalam kehidupan ini lewat hal-hal yang tidak terduga.
Pada tahun 2001 saya bertemu dengan Veve yang sekarang menjadi istri saya. Pertemuan kami bukanlah kebetulan, karena kita sama-sama saling mempergumulkan apakah kami bisa menjadi pasangan hidup. Kami bertemu di sebuah camp/retret sebagai panitia dan peserta. Saya waktu itu bertugas sebagai panitia divisi perlengkapan, dan Veve adalah peserta camp. Pertemuan kami berlanjut sampai di pelayanan kampus UK Petra. Saat itu saya menjadi coordinator divisi, dan Veve menjadi anggota di divisi yang sama. Saya pernah menyukai seseorang yang lain sebelum Veve. Namun saya bersyukur karena saya belum sempat berpacaran dengan seseorang yang lain tersebut. Singkat cerita hubungan kami tidak bisa dilanjutkan karena yang pihak wanita masih teringat dengan mantannya yang dulu. Tidak ada rasa kecewa ataupun kebingungan dalam diri saya ketika pihak wanita memberitahu hal ini. Satu hal yang saya pikirkan adalah mulai saat itu saya hanya inging menutup diri saya terhadap wanita dan berkonsentrasi kepada kuliah 100%. Saya memang bukan orang yang mudah bergaul dan humoris sehingga wanita dengan mudahnya bisa dekat dengan saya. Figur saya adalah figure yang serius dan kurang humoris. Bahkan ketika saya bertemu Veve pun saya masih menutup pintu hati saya. Namun Tuhan berkehendak lain. Dia pun membuka pintu hati saya perlahan-lahan terhadap Veve.
Pada tahun 2003 saya memang merencanakan untuk ke Belanda. Akan tetapi saya sadar satu bahwa ketika saya pulang dari Belanda saya tidak bisa lagi menikmati masa-masa kuliah dan bagaimanapun saya akan kehilangan kesempatan untuk menemukan calon pasangan hidup di tempat kuliah. Salah satu alasan saya kenapa saya memilih UK Petra adalah juga untuk menemukan pasangan hidup yang sama-sama memiliki visi Kekristenan. UK Petra memang terkenal sebagai kampus Kristen yang masih menjaga nilai-nilai Kekristenan didalamnya. Ada banyak pelayanan-pelayanan kampus dimana mahasiswa-mahasiswa bisa melayani dan tidak hanya belajar. Pada intinya saya kawatir tidak bisa mendapatkan pasangan hidup yang benar. Benar berarti: dewasa iman dan mengasihi Allah. Apabila saya terjun di dunia kerja, maka orang-orang seperti itu akan sukar ditemui. Saya kemudian berdoa kepada Allah. Saya meminta Allah agar bisa dipertemukan dengan seseorang sebelum saya pergi ke Belanda. Seseorang yang mau menunggu saya studi di luar negeri dan seseorang yang sepelayanan dan mengasihi Allah. Namun saat itu saya masih minder dan kurang percaya diri. Apakah saya bisa membuka hati kembali (kembali mempercayai seseorang untuk dipergumulkan).
Waktu pun berjalan dan saya disibukkan dengan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk ke Belanda. Tanpa sadar saya belum ada “usaha” untuk mendekati lawan jenis. Saya kemudian tersentak sejenak dan sadar bahwa saya tidak boleh terfokus pada studi saja tapi juga pada hal-hal lain. Saya kemudian berusaha untuk menepis pemikiran itu dan mencoba lebih fokus ke studi di Belanda. Saya berkata, “Ah urusan cewek bisa nanti-nanti saja”. Namun intervensi Allah saya rasakan sangat jelas pada waktu itu. Saya mendengar gossip-gosip yang terus terang membuat saya malu tapi juga senang. Gosip itu adalah “Veve kagum sekali sama ko David”. Saya memahami kalimat itu tidak lebih dari sekedar kagum (bukan cinta atau sejenisnya), karena saya tidak pernah melihat gelagat Veve yang menjurus kearah cinta. Saya selalu berharap supaya saya aktif pendekatan ke seorang wanita kemudian membuatnya jatuh cinta kepada saya, namun saya akan melakukan pendekatan bila saya tahu bahwa si wanita ada hati atau suka dengan saya. Alasanya cuma satu: karena saya kurang percaya diri / malu.
Namun dorongan yang sangat kuat muncul dari saya untuk menyelidiki gossip tersebut. Saya menjadi curious dan ingin tahu apa gossip itu benar. Setelah cukup lama menyelidiki saya baru mengetahui kalau Veve memang sudah lama mempergumulkan saya lewat doa, namun Veve tidak pernah menunjukkan hal itu menurut saya. Namun menurut Veve, setelah mendengar dari teman baiknya, dia sudah sering menunjukkan perhatian-perhatiannya ke saya namun saya tidak menanggapi atau tidak "ngeh". Kemudian saya sadar bahkan selama ini saya menutup pintu hati saya terlalu dalam sehingga pikiran saya hanya terkonsentrasi pada studi. Saya berharap saya dapat mengetahui isi hati Veve jauh-jauh sebelum hari itu, namun saya memberanikan diri saya untuk membuka pintu hati saya sekali ini. Kalau memang Veve bukan direncanakan untuk menjadi pasangan hidup saya, mungkin saya tidak akan pernah mendengar gossip itu dan ceritanya tentu akan menjadi lain karena saya seorang pemalu. Namun Tuhan mengetahui situasi saya dan mengintervensi kehidupan saya secara luar biasa.
Saya kemudian mencoba untuk memberikan perhatian yang selama ini Veve nantikan. Alhasil, Veve pun merespon positif. Hal inilah yang membuat kami pada akhirnya berpacaran sebelum saya pergi ke Belanda. Memiliki seorang Veve sebelum saya ke Belanda adalah hadiah dan berkat yang indah dalam hidup saya. Saya mengerti orang seperti apa Veve. Dia adalah orang yang takut akan Allah, dewasa iman, sabar, dan mau menemani dan menunggu saya selama saya studi di luar negeri. Sebelum kami berpacaran, saya sempatkan bicara mengenai rencana saya ke depan. Saya mengatakan bahwa impian saya adalah bisa mempunyai gelar S2 dan untuk itu saya harus studi ke luar negeri. Bahkan saya bertanya apakah Veve masih mau meneruskan hubungan ini ke jenjang berpacaran. Ternyata jawaban dari Veve adalah ya dan hal itu membuat saya lega dan sangat bersyukur.
Saya merasakan berkat Tuhan yang luar biasa dari Veve. Saya bisa merasa tenang meninggalkan Indonesia karena Veve adalah seorang yang setia. Saya mengenal komitmen dan karakternya selama Veve menjadi anggota di sebuah divisi yang saya pimpin. Saya pun juga berkomitmen untuk setia pada Veve. Banyak hubungan pacara kandas di tengah jalan oleh karena hubungan jarak jauh. Saya ke luar negeri selama 3 tahun (1 tahun di Belanda dan 2 tahun di Korea Selatan), saat itu saya hanya pulang setahun dua kali. Sekembali saya dari Korea Selatan saya kemudian bekerja di Jakarta dan Veve di Surabaya. Walaupun jaraknya bukan lagi antar benua namun tetap kami masih merasakan hubungan jarak jauh. Semuanya bisa kami lewati bersama Kristus. Seperti apa yang sudah saya katakan sebelumnya. Ketika Allah memulai suatu pekerjaan yang baik, dia akan meneruskan dan menyempurnakannya.
Kami sudah merasakan dan membuktikan bagaimana suatu hubungan akan kuat apabila Kristus hadir didalamnya. Faktor rasa saling percaya adalah hal yang terpenting. Seberapa besar kita percaya pada pasangan kita. Secara essensi, entah suatu hubungan dilalui dengan jarak jauh atau dekat, apabila Kristus tidak hadir didalamnya maka akan mudah sekali putus. (David)

Print this page
0 comments:
Post a Comment