Banyak orang jika berjalan-jalan di London, ingin melihat kemegahan gedung-gedung disana. Salah satu bangunan khas yang menunjukkan bagaimana kehidupan kelas atas adalah rumah Tuan Rothschild di Piccadilly "Lord Rothschild Mansion". Lord Rothschil adalah seorang yang sangat sukses di London di bidang perbankan dan keuangan pada akhir abad 18. Dia adalah seorang penganut yahudi orthodox dan dia memiliki rumah yang sangat menawan.
Namun dibalik rumah yang menawan tersebut, apabila diperhatikan secara mendetail..ada bagian akhir tembok yang menghiasi bangunan tersebut nampak tidak selesai..ada bagian yang kurang. Banyak orang yang mengunjungi rumah tersebut mulai bertanya "mengapa orang yang terkenal sangat kaya raya tersebut tidak menyelesaikan pembangunan rumahnya?, atau adakah kecerobohan dalam pembangunannya?",tentu saja untuk memberi jawaban dan penjelasan atas keunikan tersebut berhubungan langsung dengan pribadi Lord Rothschild sendiri. Lord Rothschild sendiri terkenal sebagai seorang Yahudi ortodoks. Dan dalam tradisi orang Yahudi dikatakan bahwa bagi setiap orang Yahudi yang saleh yang ingin membangun sebuah rumah, maka rumah yang dibangun harus memiliki beberapa bagian yang tidak boleh diselesaikan. Bagian rumah yang tidak selesai tersebut untuk memberikan kesaksian kepada dunia bahwa kita di dunia ini hanya selayaknya seorang peziarah saja, kita bukan warga tetap didunia ini...kita semua nantinya akan pergi ke keabadian. Dalam sedikit waktu yang kita miliki ketika kita singgah sementara didunia ini, tentu saja ada banyak hal yang tidak bisa kita selesaikan semuanya.
Hidup ini memang begitu penuh dengan kerja keras, bahkan karena kesibukkan yang kita hadapi setiap harinya, kitapun kadang tidak lagi mengingat siapakah diri kita sebenarnya (yang dalam kebenarannya bahwa kita adalah warga negara surga). Kita tidak jarang hanya memfokuskan diri kita pada bagaimana mencapai kehidupan yang sukses, membangun usaha yang besar, dan membesarkan anak. Kita hanya memperhatikan diri kita sendiri, melayani rumah tangga kita sendiri, mengatur keuangan kita, mencapai kesuksesan apabila kita mampu mencukupi kehidupan dari keluarga dan orang-orang yang kita sayangi.
Tetapi bagaimanapun suksesnya kehidupan yang kita jalani dan banyaknya harta yang mampu kita timbun, kita harus mengingat kembali bahwa kita hanyalah seorang peziarah didunia ini. Kita bukannya warga negara dunia ini. Kewarganegaraan kita yang sebenarnya adalah bersama dengan Tuhan kita Yesus Kristus, yang telah mempersiapkan tempat tinggal abadi untuk setiap kita di sana..di surgaNya yang mulia.
Dengan kita mengingat kembali bahwa kita bukan warga negara dunia ini, maka hal tersebut akan membuat kita semakin merendahkan diri dihadapanNya karena tidak ada yang dapat kita banggakan dengan apa yang kita capai dan dapatkan didunia ini. Kita mengerti dengan benar bahwa hidup ini sementara dan semua yang kita dapatkan juga dariNya.
These all died in faith, not having received the promises, but having seen them afar off, and were persuaded of them, and embraced them, and confessed that they were strangers and pilgrims on the earth (KJV-Hebrews 11:13)
His love never ends and flows like a river
12 years ago

Print this page
0 comments:
Post a Comment