Our Wedding Path ♥

Daisypath Anniversary tickers

Our Baby ♥

Lilypie First Birthday tickers

Wednesday 4 August 2010

Love is not self-seeking



Gambar diatas adalah contoh ilustrasi sederhana mengenai sifat egois dan mementingkan diri sendiri. Cerita singkat dari ilustrasi tersebut adalah: Ada seorang anak kecil yang baik hati bernama San Mao. Dia terus membantu orang lain dan memberikan apapun yang dia miliki untuk orang lain. Bahkan ketika dia sedang berjalan-jalan, dia melihat seorang anak kecil yang kedinginan dan tidak memakai baju, dia rela untuk memberikan bajunya untuk anak tersebut. San Mao sendiri hidup pada jaman era komunis diCina, dimana pada jaman tersebut kemiskinan terus kontras dengan kekayaan. Orang kaya semakin egois dan menjijikkan. Namun dari sekian banyak orang yang mampu (tergolong ekonomi sedang), hanya San Mao satu-satunya anak yang masih mau berbagi dengan orang lain. Adakah kita masih memiliki hati seperti San Mao???. Kita sebagai anak-anak terang harusnya mampu berbuat lebih baik daripada seorang San Mao.

Jika kita kembali belajar mengenai kasih itu sendiri maka kita dapat menemukan bahwa kasih yang sempurna tidak mencari keuntungan diri sendiri,tidak hanya peduli pada diri sendiri, tidak egois dan tidak mementingkan diri sendiri. Namun, masih adakah kasih seperti itu didunia ini?, apakah dunia akan menertawakan kita apabila kita menerapkan kasih tersebut?, beranikah kita menjadi berbeda dengan menerapkan kasih tersebut?...pertanyaan tersebut mungkin bisa menjadi bahan evaluasi bagi kita semua.



Sebagai orang kristen, kita tahu dengan benar bahwa hukum tertinggi yang diberikan oleh Tuhan supaya kita patuhi adalah "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."(Luk10:27). Jadi kita tahu bahwa kasih tersebut adalah penting, kita harus mengasihi Tuhan (sebagai yang terutama), namun kita juga harus belajar untuk mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri.

Namun adakah anak-anak Tuhan masih ingat dan menjalankan perintah tersebut ditengah-tengah persaingan dunia ini?. Kami menulis artikel ini sekaligus juga untuk menegur dan mengevaluasi diri kami sendiri. Kami rasa dibelahan dunia manapun,bukan hanya dibelanda tempat kami tinggal...persaingan didunia ini sangatlah ketat. Orang tidak hanya bersaing untuk mencari kerja, namun juga mencari jodoh, mencari uang, mencari popularitas, mencari kenyamanan,dll. Banyak orang berlomba untuk mencari keuntungan (bahkan dengan menghalalkan segala cara), memperkaya/memperkuat diri dan bahkan memanfaatkan orang lain untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Orang dunia berpikir bahwa siapa kuat dia menang. Mereka tidak lagi berpikir tentang orang lain disekitarnya, yang terpenting adalah memperkuat diri mereka sendiri, orang lain akan menjadi penting apabila bisa dimanfaatkan untuk keuntungan mereka. Merekapun tidak segan-segan untuk membunuh, berperang bahkan menyiksa orang lain demi mencapai tujuan mereka. Mungkin seperti itulah yang kami rasa sebagai tanda-tanda awal akan akhir jaman. Tapi dibalik semua hal tersebut,Tuhan masih berkarya dengan berbagai macam cara agar kita kembali berbenah diri dan menyiapkan kedatanganNya dengan kembali berbalik pada kasih kita mula-mula, belajar menghidupi dan membagikan kasihNya yang telah kita terima kepada sesama kita.

Kami menyadari benar bahwa mengasihi sangatlah susah, namun jika kita mau terus belajar menghidupinya maka lambat laun kasih tersebut akan mendarah daging dalam hidup kita. Dari hasil perenungan yang kami lakukan, ada beberapa cara yang bisa lakukan supaya kita bisa mencapai kasih yang tidak egois tersebut:

1. Melakukan rekonsiliasi dengan Kristus setiap hari
Didalam proses rekonsiliasi tersebut kita berusaha memperbaiki hubungan kita dengan Kristus, baik melalui doa maupun saat teduh. Semakin kita mengenalNya, semakin kita bisa mencontoh semua teladan hidupNya dan semakin membuat kita mencintaiNya. Apabila proses tersebut berjalan dengan berkesinambungan maka kami percaya bahwa kita lambat laun dapat menjadi contoh dari cintaNya, menjadi saksi dan berbagi kasih serta kabar baik kepada sesama kita, bahkan kita akan dimampukanNya untuk membawa sesama kita ke dalam suatu hubungan pribadi denganNya.

2. Hidup didalam kasih agape.
Agape adalah bentuk kasih yang tertinggi. Kasih yang bisa kita temukan didalam diriNya yang rela mati di kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. Kasih yang tanpa syarat, kasih yang tidak egois, bahkan kasih yang mencari kesejahteraan orang lain sekalipun mengorbankan dirinya sendiri. Dengan hidup didalam kasih agape maka kita diharapkan untuk belajar tidak terutama menjadi kebahagiaan diri sendiri, akan tetapi bagaimana membuat orang lain/sesama kita bahagia dengan kehadiran kita.

Kami menyadari bahwa menerapkan kasih tersebut sangatlah susah,tapi marilah kita belajar untuk bukan hanya tahu tentang kasih tersebut, namun bagaimana kita mampu mengaplikasikannya dalam hidup kita. Namun didalam mengaplikasikannya kita tentu saja tidak dapat melakukannya dalam kekuatan kita sendiri, kita memerlukan hikmat dariNya sehingga kita tahu kapan waktu yang tepat untuk menyatakan kasih tersebut pada sesama kita. Kita harus mengerti kapan harus menolong orang lain/bahkan menolak untuk menolong demi kebaikkan orang yang bersangkutan, kapan harus bertindak dan kapan harus menunggu, kapan harus berjuang dan kapan harus menyerah. Dengan memohon pimpinan dariNya maka kita bisa lebih efektif dalam membantu orang lain dan mengasihi mereka dalam keberadaan mereka.

"Love everyone the way God loves"

0 comments:

Our Journey © 2008 Por *Templates para Você*