Judul diatas mengungkapkan isi hati terdalam dihati saya.Ketika saya tahu seorang teman digereja sedang hamil. Betapa bahagianya dia dengan kehamilannya. Sampai memegang perutnya,dia tersenyum dan bercerita betapa bahagianya dia serta keluarga atas kehamilannya. Tapi disaat itulah hati saya menjerit dengan keras:'Tolonglah saya ya Tuhan, saya tidak ingin iri dengan dia'.
Hal terbesar yang membuat saya iri karena dia baru saja menikah, sebulan kemudian dia langsung diberi kesempatan untuk hamil. Mulailah saya mengasihani diri sendiri, membandingkan diri dengannya dan betapa saya bertanya-tanya mengapa saya?. Mengapa saya harus mengalami penantian ini?, mengapa saya diberi masalah dengan sel telur serta posisi rahim yang terbalik?, mengapa saya belum diberi kesempatan merasakan kehamilan?. Saya sudah tahu semua jawaban dari mengapa..tapi didalam keberdosaan saya,jujur saya kadang tak kuasa untuk berpikir jernih dan positif. Melihat bahwa APAPUN yang saya alami karena kebaikkanNya. WaktuNya tepat bagi saya, kapanpun itu, rencanaNya adalah sempurna.
Dengan perasaan yang kalut tersebut,mulailah saya menimbun 'secara tidak langsung' semua rasa iri saya terhadap teman saya tersebut. Saya mulai berpikir negatif tentang dia: mengapa dia tidak mau berempati pada orang lain?, mengapa dia seakan sombong dengan keadaannya?, mengapa dia tidak bisa membawa diri dengan baik?. Yah..begitulah seorang yang sedang iri. Lambat tapi pasti dengan membenarkan dan mengasihani diri sendiri tapi mencari kesalahan orang lain.
Bahkan sayapun sampai memutuskan untuk tidak ke gereja pada hari minggu untuk menenangkan hati saya. Saya tidak ingin perasaan iri ini terus berkembang dan tumbuh subur. Jadi mungkin, menurut pemikiran saya, lebih baik saya tidak ke gereja sementara. Dengan tidak melihat orang yang bersangkutan maka saya lambat laun akan melupakan orang tersebut. Karena begitu suburnya, saya sampai membawa orang yang bersangkutan didalam mimpi-mimpi saya. Saya tidak bisa tidur dengan nyenyak bahkan tidak bisa konsentrasi dengan kegiatan saya di sekolah. Benar-benar dosa yang dipupuk bisa membawa kehancuran.
Kemudian saya berdoa kepadaNya untuk memohon supaya saya bisa dididik untuk tidak menjadi iri hati. Apakah yang Tuhan perbuat dalam mendidik saya?. Saya berharap bahwa didikannya akan menenangkan hati saya, membuat saya lebih damai dan melepaskan semua kekawatiran saya. Tapi ternyata caraNya benar-benar berbeda dengan apa yang saya pikirkan.
Setelah selesai berdoa, Tuhan langsung menjawab doa saya. Cukup cepat jawaban Tuhan, tapi benar-benar mengena dihati saya. Saya pada waktu itu memang mengajukan diri untuk ikut membantu di pelayanan sekolah minggu digereja. Kemudian saya menerima email dari koordinator sekolah minggu bahwa minggu depan saya bisa mulai membantu di sekolah minggu. Kebetulan pada minggu yang sama itu suami saya juga memulai kembali pelayanan organisnya. Setelah sejenak saya tersenyum bahagia dengan email tersebut, saya kemudian tersentak bingung..tidak jelas..kawatir..semua bercampur menjadi satu
.
Ternyata saya harus melayani bersama dengan 'orang yang membuat saya iri'. Saya bahkan tidak bisa lari lagi karena suami saya juga harus pelayanan sebagai organis. Saya benar-benar tidak menyangka bahwa dengan menjadikan saya untuk belajar tidak iri adalah saya harus bergaul dengan 'orang yang membuat saya iri'. Semalamanpun (sabtu malam) saya tidak bisa tidur karena terus berpikir apa yang akan terjadi besok minggu ketika saya pelayanan dengan 'orang yang membuat saya iri'
.
Hari minggupun datang, saya dan suami pergi ke gereja lebih awal. Kami sama-sama harus mempersiapkan diri sebelum pelayanan berlangsung. Sayapun bertemu dengan orang tersebut. Didalam hati saya penuh dengan kekawatiran dan campur aduk semua macam perasaan (tidak mampu saya lukiskan). Kemudian saya langsung berdoa didalam hati:'Ya Bapa tolong mampukan hambaMu ini'. Saya bertemu, bercakap-cakap..dan akhirnya kami bisa melayani bersama. Bahkan saya bisa mengambilkan dia kursi untuk duduk serta berkata:'duduklah, berdiri terus tidak baik untuk orang yang sedang hamil'. Saya tidak menyangka bisa berkata demikian. Benar-benar luar biasa Tuhan mendidik saya. Ketika semua yang terjadi, perasaan saya menjadi berubah. Perasaan iripun mulai berangsur-angsur sirna dan bahkan saya bisa belajar untuk berbahagia dengan orang lain yang merasa bahagia
.
Dari kejadian tersebut, saya belajar 2 hal didalamnya
:
1. Cara Tuhan berbeda dengan cara kita, tapi semuanya mendatangkan kebaikkan bagi hidup saya.
2. Setiap pergumulan yang saya hadapi membuat saya menjadi semakin dewasa didalamNya.
3. PertolonganNya tidak pernah terlambat, TEPAT pada waktuNya.
'No temptation has overtaken you that is not common to man. God is faithful, and he will not let you be tempted beyond your ability, but with the temptation he will also provide the way of escape, that you may be able to endure it
'-1 Corinthians 10:13/ESV
His love never ends and flows like a river
12 years ago

Print this page